Perjuangan Mohammad Natsir Bakal Tayang di Bioskop : Kisah Ulama Negarawan Menuju Layar Lebar

Seni Minang59 Dilihat

UrangMinang.id — Nama Mohammad Natsir bukan hanya tercatat dalam buku sejarah sebagai pahlawan nasional, tapi juga sebagai ulama cerdas, pemimpin bijak, dan pendidik teladan.

Kini, sosoknya akan diangkat ke layar lebar lewat sebuah film yang tengah dipersiapkan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan Yayasan Kapita Selekta Mohammad Natsir.

Ketua Umum DDII, Adian Husaini, dalam keterangan resminya pada hari Jum’at, tanggal 18 Juli 2025, mengatakan bahwa film ini bertujuan menghadirkan sosok Natsir secara utuh, bukan hanya sebagai tokoh politik, tapi juga sebagai manusia biasa yang luar biasa dalam adab, perjuangan, dan keteladanan hidup.

“Natsir bukan cuma hebat dalam pemikiran, tapi juga dalam perbuatan. Ia adalah negarawan sejati dan guru bangsa.” ujar Adian Husaini.

Film ini akan digarap oleh Erick Yusuf, sosok yang dikenal sebagai dai kreatif, pemimpin pesantren, sekaligus sineas. Ia menyampaikan bahwa menghadirkan kisah Mohammad Natsir ke layar lebar, bukan pekerjaan ringan.

“Ini bukan sekadar film sejarah. Ini tentang menghadirkan nilai-nilai perjuangan, keikhlasan, dan keberanian. Natsir adalah figur yang berdiri teguh di tengah badai, dan itu harus kami tampilkan dengan jujur dan estetis.” ucap Erick Yusuf.

Siapa Mohammad Natsir?

Bagi sebagian anak muda hari ini, nama Mohammad Natsir mungkin terdengar seperti bagian dari soal ujian sejarah. Padahal, beliau adalah sosok sentral dalam pembentukan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lahir di Solok, Sumatera Barat, dan bergelar Datuk Sinaro Panjang, Natsir memimpin Fraksi Partai Masyumi dan menjadi penggagas Mosi Integral pada 3 April 1950 di Parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS). Mosi inilah yang membuka jalan bagi kembalinya bentuk negara Indonesia dari federasi RIS menjadi NKRI.

Tidak hanya dikenal di dalam negeri, pengaruh Natsir juga diakui dunia internasional. Ia pernah menerima berbagai penghargaan seperti King Faisal International Prize dari Arab Saudi dan Grand Gordon Star dari Tunisia. Sejumlah universitas di Lebanon dan Malaysia pun menganugerahkan gelar kehormatan atas sumbangsih Natsir di bidang pemikiran Islam dan sastra.

Putri beliau, Aisyatul Asriah, menyebutkan bahwa sang ayah sebagai pelindung keluarga, yang selalu menanamkan nilai akhlak dan adab sejak dini. Di balik ketegasan Natsir sebagai negarawan, tersimpan sosok ayah yang penuh kasih sayang dan kedisiplinan.

“Ayah mengajarkan kesederhanaan, kesantunan, dan kerendahan hati. Kami dididik dengan contoh, bukan hanya kata-kata.” kenangnya. (hai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *