Rohana Kudus : Perempuan Minang Pertama yang Menjadi Jurnalis di Indonesia

UrangMinang.id — Di saat perempuan diikat oleh adat yang kaku dan kesempatan belajar terbatas, Rohana Kudus tampil beda. Ia bukan hanya melawan dengan kata, tapi juga menciptakan ruang berpikir melalui tulisan. Ia adalah pelopor jurnalisme perempuan Indonesia, dan ia lahir dari rahim Minangkabau.

Lahir dari Keluarga Intelektual Minang

Rohana Kudus lahir pada tahun 1884 di Koto Gadang, Agam, dari keluarga ulama dan cendekia. Adiknya, Sutan Sjahrir, kelak menjadi Perdana Menteri pertama Indonesia. Namun sebelum itu, Rohana Kudus sudah lebih dulu membuat gebrakan.

Sejak kecil, ia menunjukkan kecintaan luar biasa pada ilmu pengetahuan. Tanpa akses formal, ia belajar dari buku-buku milik keluarga, dan menulis sejak usia remaja. Baginya, pena adalah alat perjuangan.

Soenting Melajoe : Surat Kabar Pertama untuk Perempuan

Informasi lainnya :  5 Perempuan Minang Hebat dalam Sejarah Perjuangan Indonesia

Pada tahun 1912, Rohana mendirikan Soenting Melajoe, surat kabar yang dikelola dan ditulis oleh perempuan. Isinya? Kritik sosial, pendidikan, peran perempuan, hingga isu adat. Di zaman kolonial, ini jelas langkah radikal.

Ia tidak sekadar menulis, ia mendobrak. Soenting Melajoe menjadi wadah suara perempuan Minang yang selama ini dibungkam oleh adat patriarki. Bukan untuk memberontak, tapi untuk memperbaiki dari dalam.

Mendirikan Sekolah dan Kursus Perempuan

Rohana Kudus tidak hanya berpikir dan menulis. Ia juga bertindak. Ia mendirikan sekolah dan kursus keterampilan untuk perempuan, mengajarkan membaca, menulis, menjahit, dan keterampilan rumah tangga lainnya. Baginya, pendidikan adalah alat utama kemandirian perempuan.

Konsepnya sejalan dengan falsafah Minangkabau, Alam takambang jadi guru. Ia mendidik dengan kearifan lokal, bukan sekadar meniru Barat.

Perempuan yang Melampaui Zaman

Informasi lainnya :  5 Perempuan Minang Hebat dalam Sejarah Perjuangan Indonesia

Rohana Kudus tidak pernah menyebut dirinya feminis. Tapi perjuangannya adalah feminisme yang membumi, tidak menabrak adat, tapi menggerakkannya menuju kemajuan.

Pada 2019, negara mengakui jasa besar Rohana Kudus, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional. Namun, jauh sebelum itu, namanya sudah harum di hati para perempuan Minang yang terinspirasi olehnya.

Warisan Rohana Kudus untuk Generasi Kini

Di era digital seperti sekarang, ketika Media Sosial (Medsos) bisa menjadi alat perjuangan, semangat Rohana Kudus tetap relevan. Ia mengajarkan bahwa menjadi perempuan Minang, bukan berarti harus diam. Tapi harus cerdas, mandiri, dan berani bersuara, tanpa kehilangan akar adat dan agama. (hai)

Tokoh lainnya :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar